1. Pengertian
gaya
Gaya serta
sifat-sifatnya perlu difahami
dalam ilmu Mekanika
Teknik karena dalam ilmu
tersebut, mayoritas
membicarakan tentang gaya,Jadi dengan memahami
sifat-sifat gaya, siswa akan
lebih mudah memahami permasalahan yang
terjadi di pelajaran
Mekanika Teknik. Misal kendaraan yang pada suatu
jembatan, kendaraan tersebut merupakan beban yang ditampilkan dalam bentuk
gaya. Gaya adalah
merupakan vektor yang
mempunyai besar dan
arah. Penggambarannya
biasanya berupa garis
dengan panjang sesuai
dengan skala yang ditentukan.
Jadi panjang garis
bisa dikonversik an dengan besarnya gaya.
Orang
mendorong mobil mogok kemampuan
orang mendorong tersebut adalah 15 kg. Arah
dorongan kesamping kanan ditunjukkan dengan gambar anak panah arah kesamping dengan skala 1
cm = 15 kg
Jadi 15 kg
adalah gaya yang
diberikan oleh orang
untuk mendorong mobil
mogok dengan arah kesamping kanan, yang diwakili sebagai gambar anak
panah dengan panjang 1 cm karena 1 cm setara dengan 15 kg.
Nama satuan untuk gaya menurut SI adalah Newton dengan
lambang N. Notasi
gaya disimbulkan dengan F. Satuan gaya ini diturunkan dari F = m a. Gaya
menyebabkan percepatan pada benda. Besarnya percepatan itu tergantung pada
besarnya massa benda dan besarnya gaya. Seperti dikatakan dalam hukum Newton II
sebagai berikut. Gaya yang bekerja
pada suatu benda adalah sama dengan massa benda dikalikan percepatannya.Jadi, gaya = massa x percepatan.
F = m.a
F = gaya (N)
atau (dyne).
m= massa benda (kg) atau (g).
a = percepatan
(m/s2) atau (cm/s2).
1 newtonsama dengan
gaya yang diperlukan untuk memberi 1 kg massa dengan suatu percepatan 1m/s2(N = kg.m/s2).
2. Batasan Besaran
a). Besaran dengan Satuan
Besaran fisis adalah konsep yang dipakai untuk menggambarkan
fenomena fisis secara kualitatif dan kuantitatif. Besaran ini dapat
diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori. Setiap kategori berisi hanya
besaran-besaran yang dapat dibandingkan. Bila besaran itu dipilih sebagai
besaran patokan disebut satuan.Semua besaran yang lain
dapat dinyatakan sebagai hasil kali dari satuan ini dengan suatu angka yang
disebut nilai bilangan dari besaran tersebut.
Contoh
Gaya tekan sebesar 10 N.
F=10N
maka N melambangkan satuan yang dipilih
untuk besaran F dan 10 melambangkan nilai bilangan dari besaran F bila
dinyatakan dalam satuan N.
Besaran F tersebut dapat juga
dinyatakan dengan satuan lain. Misalnya, dinyatakan dengan kgf (kilogram force
atau kilogram gaya). Jadi, besaran tersebut tidak tergantung dari
pemilihan satuan.
Besaran fisis
dapat dijumlahkan atau dikurangkan apabila termasuk dalam satu kategori.
Besaran fisis dapat juga dikalikan atau dibagi satu cerhadap lainnya menurut
aturan ilmu hitung.
Contoh
Kecepatan pada gerak beraturan adalah v =
L adalah jarak dalam interval waktu t.
Bila jarak L = 5 cm dan interval
waktu t = 2,5 s maka:
V =
=
= 2
b). Besaran vektor dan Besaran Skalar
Besaran fisis dibagi menjadi 2
golongan, yaitu besaran vektor dan besaran skalar. Besaran vektor adalah
besaran yang memiliki besar dan arah. Contohnya: kecepatan, percepatan
gravitasi, dan gaya. Vektor dapat digambarkan dengan tanda anak panah. Panjang
anak panah melambangkan besarnya vektor clan ujung anak panah menunjukkan arah
bekerjanya vektor. Besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki
besar saja. Contohnya: laju, berat, jarak, dan waktu. Misalnya, pada spidometer
kendaraan bermotor, angka-angka yang ditunjukkan oleh panah itu menunjukkan besarnya kecepatan (laju)pada skala
tertentu, misalnya 100 km/jam. Akan tetapi, panah yang menunjukkan angka
tersebut tidak menunjukkan arah lajunya kendaraan.Contoh lainnya alat-alat yang
menunjukkan besaran skalar adalah odometer, tachometer, dan timbangan.
Sedangkan kecepatan dari suatu gerakan tentu memiliki arah gerakan dan besarnya
kecepatan tersebut. Jadi, merupakan besaran vektor.
Besaran Vektor dan Besaran Skalar
No.
|
Besaran Vektor
|
Besaran Saklar
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Perpindahan
Kecepatan
Percepatan
Gaya
Momentum
Kuat medan magnet
Torsi (momen-gaya)
|
Jarak
Laju
Kekuatan
Waktu
Volume
Kerja
Massa (inersia)
|
Catatan:
Untuk besaran
vektor perpindahan, kecepatan, dan percepatan ada hubungannya dengan kolom di
sebelah kanannya pada besaran skalar. Misalnya, laju adalah besaran
3. Klasifikasi Gaya
Sebuah titik materi yang diam dapat bergerak jika
didorong, ditarik, ditekan, dan sebagainya. Sebaliknya, titik materi yang
bergerak dapat pula berhenti (diam) kalau ada sebabnya. Demikian pula besarnya kecepatan dan arahnya gerakan dapat pula
berubah sebab perubahan itulah yang disebut gaya. Gaya adalah
besaran vektor. Jadi, dapat digambarkan dengan lukisan garis. Untuk
menggambarkan gaya dengan sebuah garis, harus memenuhi tiga ketentuan, yaitu titik
tangkap gaya, gaya, dan arah gaya.
a). Besarnya Gaya dan Garis Kerja Gaya
Besaran gaya
menurut SI digunakan satuan newton (N) atau kg m/s2. Besarnya suatu gaya dilukiskan
sebagai garis lurus dan panjang itu menyatakan besarnya gaya. Untuk melukiskan
besarnya gaya digunakan perbandingan atau skala gaya. Misalnya, 1 cm garis
menggambarkan gaya 1 newton maka gaya sebesar 10 N digambarkan dengan garis
lurus sepanjang 10 cm. Penentuan skala gaya ini sembarang artinya tergantung
dari tempat akan kita pakai untuk melukis gaya tersebut. Garis lukisan gaya itu
dapat diperpanjang terus baik ke belakang maupun ke depan dan lukisan gaya itu
dapat pula dipindahkan ke mana saja sepanjang garis lurus tersebut asalkan
panjangnya tetap sama. Garis lurus tempat gaya tadi dapat dipindah-pindahkan
disebut garis kerja. Jadi,
dapat didefinisikan bahwa gaya dapat dipindahkan di
sepanjang garis kerjanya asalkan arah dan besarnya sama.
L adalah panjang anak panah yang menurut skalamenggambarkan
besarnya gaya F (vektor AB = AB). dapat
dipindahkan ke mana saja asal masih pada garis kerja gaya.
1). Menentukan Arah Gaya
Arahgaya dapat digambarkan sebagai tanda panah.
Arah tanda panah tersebut sebagai arah gaya itu bekerja. Misalnya, sebuah gaya
F bekerja ke kanan maka tanda panah tersebut dilukiskan di sebelah kanan dari
garis gaya. Bila gaya F bekerja ke bawah maka tanda panah dilukiskan di bagian
bawah (menghadap ke bawah) dari garis gaya.
2). Menentukan titik tangkap gaya
Apabila suatu benda ditarik kekanan oleh
sebuah gaya F yang bekerja pada titik A, maka titik A tersebut dinamakan titik
tangkap gaya. Titik tangkap adalah titik tempat sebuah gaya mulai bekerja.
Titik A adalah titik tangkap Gaya F yang arahnya ke kanan.
Contoh latihan
soal.
Lukislah sebuah
vektor AB yang besarnya 100 N clan arahnya ke kiri!
Penyelesaian:
Digunakan skala
gaya 1 cm = 50 N maka pada sebuah garis lurus mendatar diukur panjangnya 100 :
50 = 2 cm (panjang garis AB 2 cm). Titik A di ujung kanan adalah titik tangkap gaya
dan tanda panah di ujung kiri adalah
gerak gaya (lihat gambar).
3). Memindahkan Gaya
Memindahkan gaya F di sepanjang garis kerjanya Sebuah gaya Fdapat
dipindahkan (digeser) tempatnya di sepanjang garis kerjanya, tanpa mengurangi pengaruh gaya
tersebut pada benda. Misalnya, kita menarik sebuah benda dengan seutas tali
(berat tali dibaikan) dengan gaya sebesar F maka apakah tali itu ditambatkan
pada titik A atau ditambatkan pada B, hasilnya akan tetap (lihat gambar).
4. Menyusun Gaya
Apabila pada
sebuah benda bekerja beberapa buah gaya (sistem gaya) maka sistem gaya
itu dapat diganti dengan sebuah gaya lain yang pengaruhnya sama terhadap
benda tersebut, seperti pada sistem gaya pertama. Kedua sistem gaya tersebut
dinamakan ekuivalen. Dengan demikian sebuah gaya lain itu menggantikan
sistem gaya yang pertama.Gaya yang menggantikan beberapa buah gaya disebut gaya pengganti atau gaya hasil yang juga sering dikatakan
sebagai resultan (R). Gayagaya
yang digantikan disebut komponen. Mengganti
beberapa buah gaya menjadi sebuah gaya (R) disebut menyusun gaya.
Menyusun gaya dapat
dilakukan dengan dua cara
yaitu secara grafis (melukis) dan secara analitis
(menghitung).
a). Menyusun Gaya secara
Grafis
1). Beberapa buah gaya pada satu garis kerja dan arahnya
sama.
Contoh:
Tiga buah gaya yang arah dan garis kerjanya sama, yaitu F1 50 N,
F2 = 40 N, dan F3 = 30 N maka arah resultannya tetap sama
dan besarnya adalah jumlah dari ketiga gaya tersebut R = 50 N+40N+30N= 120N.
2). Beberapa buah gaya dengan arah berlawanan pada satu garis
kerja.
Bila dua buah
gaya sama besar dan berlawanan arahnya maka besarnya resultan adalah selisih
dari kedua gaya tersebut dan arahnya mengikuti arah gaya yang lebih besar. Bila kedua
gaya sama besarnya dan berlawanan arahnya maka besarnya resultan adalah nol
artinya benda dalam keadaan setimbang atau diam.
Contoh
F1=60N,
F2 = 30 N, arahnya berlawanan, dan garis kerjanya sama maka besarnya
Menyusun gaya dengan arah berlawanan
resultan
adalah
R =
F1 – F2
= 60 N – 30 N = 30 N arahnya sama dengan
arah F1.
3). Menyusun gaya dengan metode paralelogram.
Menysun dua gaya dengan metode paralelogram
Misalnya, dua buah gaya F1 dan F2 dengan arah yang
berbeda membentuk sudutQ atau a seperti gambar di
bawah maka resultan R diperoleh dari
garis sudut menyudut yang dibentuk dari jajargenjang dengan sisi-sisi F1
dan F2 (lihat gambar a). Demikian pula
untuk beberapa buah gaya maka penyelesaian dengan metode paralelogram diselesaikan
satu persatu (lihat gambar).
Menyusun beberapa gaya dengan metode paralelogram
4). Menyusun gaya dengan metode segitiga gaya.
Gambar8.3 panci tuang dengan tangan dan panci pikul
Gambar
8.2 Rangka Cetakan Baja
a.
Rangka Cetak Bentuk Segi Empat
b.
Rangka Cetak Bentuk Silinder
Gambar 8.1 Rangka Cetakan Kayu
|
6). Menyusun gaya-gaya yang bekerja pada
satu bidang dengan titik tangkap sendiri-sendiri.
Untuk cara ini kita memanfaatkan kaidah bahwa gaya dapat dipindahkan di
sepanjang garis kerjanya. Misalnya, batang AB ditarik ke kanan oleh dua buah
gaya F1 dan F2 yang tidak sejajar.
Untuk menentukan titik tangkap,
arah, dan besarnya gaya, gaya F1 serta gaya F2 kita
perpanjang garis kerjanya hingga berpotongan di satu titik. Titik itulah
dianggap sebagai titik tangkap gaya-gaya tadi. Sekarang caranya sama seperti
metode jajargenjang (paralelogram).
Ada tiga keadaan yang mungkin
dijumpai dalam cara ini.
1) Dua buah gaya yang sejajar dan searah (gambar a dan b).
2) Dua buah gaya yang sejajar dan arah berlawanan (gambar c).
3)
Dua buah gaya yang tidak sejajar dan arah berlainan.
a) Dua buah gaya yang
sejajar dan searah.
Resultan dua buah gaya yang searah dalam satu bidang dengan titik
tangkap sendiri-sendiri
F1
dan F2 bekerja pada batang AB. Buatlah perpanjangan garis AB dan
tentukan AK = BK (tidak ada pengaruhnya karena saling meniadakan/berlawanan
arah). R1 adalah resultan dari AK dengan AF1 dan R2
adalah resultan dari BK dengan BF2.Perpanjangan R1A dan R2B
saling berpotongan di C. Buatlah garis melalui C sejajar Gaya F1 dan
sejajar gaya F2 sehingga memotong batang AB di D. DR adalah resultan
gaya F1 dan F2 yang dicari. Besarnya R = F1 +
F2 dan arahnya sama dengan kedua gaya tersebut.
Selain itu, dapat juga
menentukan besar, letak, dan arah resultannya dengan cara sebagai berikut.
Pindahkan gaya yang lebih besar F2 ke gaya yang lebih kecil F1
dengan arah berlawanan dengan gaya yang kecil. Pindahkan gaya yang lebih kecil
ke gaya yang lebih besar dengan arah sama dengan gaya yang besar.
Sambungkan kedua ujung gaya pindahan tadi hingga memotong batang AB di titik E.
Titik E tersebut adalah titik tangkap dari resultan R yang besarnya R = Fl
+ F, dan arahnya sama dengan kedua gaya tersebut. (gambar b).
b) Dua buah gaya yang sejajar dan berlawanan
arah serta titik tangkap sendiri-sendiri.
Cara
mencari titik tangkap, arah, dan besarnya resultan sama dengan cara pada gaya
yang searah, tetapi besarnya resultan adalah selisih dari kedua gaya tersebut.
Pindahkan gaya yang besar ke gaya yang lebih kecil dengan arah berlawanan. Pindahkan gaya
yang kecil ke gaya yang lebih besar dan arahnya sama dengan yang besar.
Hubungkan kedua ujung gaya pindahan itu memotong batang AB di titik E. Titik E
adalah titik tangkap dari resultan kedua gaya tersebut. Besarnya resultan R = F2
-F1 dan arahnya mengikuti arah gaya.yang besar (gambar c)
c) Dua buah gaya yang tidak
sejajardengan titik tangkap sendirisendiri.
Caranya sebagai berikut.
Perpanjanglah garis kerja kedua gaya tersebut hingga
berpotongan dan membentuk sudut. Kaidahnya sekarang sama dengan cara mencari resultan
dengan metode paralelogram. Apabila resultan R1 diperpanjang hingga
memotong batang AB di titik D maka titik D adalah titik tangkap resultan R.
Besarnya R = F1 + F2 dan R = R1,
R =
F. Menyusun Gaya secara Analitis
1. Dua buah gaya dengan satu garis kerja dan arahnya sama.
Besarnya resultan adalah jumlah kedua gaya tersebut clan arahnya sama.
Titik tangkap berada/terletak pada garis kerja gaya-gaya tersebut.
Misalnya, F1 = 50 N
clan F2 = 30 N. Keduanya bekerja pada satu garis kerja dan arahnya
sama.
Jadi, besarnya resultan R = F1+ F2
= 50N + 30N = 80N.
2. Dua buah gaya dengan satu garis kerja dan arahnya berlawanan.
Besarnya resultan adalah selisih dari kedua gaya
tersebut clan arahnya mengikuti gaya yang besar.
Misalnya, F1 = 50 N clan F2 = 30 N. Keduanya
bekerja pada satu garis kerja serta arahnya berlawanan.
Jadi, besarnya resultan R = 50 N - 30 N
= 20 N (arahnya mengikuti gaya Fl).
3. Dua buah gaya yang saling tegak
lurus sesamanya.
F1 tegak lurus F2 maka R =
dan arahnya membentuk sudut tan Q
=
Besarnya R adalah sama dengan sisi miring dari segitiga siku-siku
4. Dua buah gaya
yang bekerja pada satu titik tangkap, arahnya berbeda, dan membentuk sudut a.
Arah dan besarnya resultan merupakan diagonal
jajargenjang dengan sisi-sisi kedua gaya tersebut.
Misalnya, Gaya F1 = 15
N, gaya F2= 30 N, serta
sudut antara kedua gaya tersebut 75°.
Jadi, besarnya resultan dan arahnya dapat ditentukan.
R adalah diagonal jajargenjang yang besarnya sebagai
berikut.
R =
= 152+
302 + 2 . 15 . 30 . cos 75°.
= 225 + 900 + 2 . 15 . 30 . 0,259
= 36,85 N.
Arah bekerjanya resultan dapat diketahui dengan
menggambarkan diagonal jajaran
genjang
yang sisi-sisinya F1 dan F2. Garis kerja resultan
ditentukan dari besarnya sudut yang terbentuk antara R dengan F2 (lihat
gambar).
Sin b
=
=
=
Sin b = 0,3932
b
=
23°9’
Sin b =
sin a =
A. Menguraikan Gaya
1. Menguraikan gaya secara grafis
Apabila dua buah gaya dapat disusun menjadi sebuah gaya yang disebut gaya
pengganti atau resultan R maka sebaliknya sebuah gaya dapat diuraikan menjadi dua buah gaya yang masing-masing disebut dengan
komponen gaya. Dengan cara kebalikan dari
menyusun gaya, menguraikan sebuah gaya dapat dilakukan
dengan menguraikan pada arah vertikal dan horizontal yang saling tegak lurus,
atau masingmasing komponen sebagai sisi-sisi dari jajargenjang dengan sudut
lancip tertentu yang mudah dihitung.
Dalam menyelesaikan soal penguraian gaya menjadi
komponen-komponen gayanya, cara yang paling mudah dan menguntungkan adalah
dengan membuat komponen dalam arah vertikal dan horizontal, namun dalam
beberapa konstruksi tetap harus menggunakan metode paralelogram atau jajarangenjang.
Penguraian
sebuah gaya menjadi dua komponen dalam arah vertikal dan horisontal
Penguraian sebuah gaya menjadi dua komponen yang membentuk
sudut lancip pada paralelogram
2.
Menguraikan
gaya secara analitis
Untuk menguraikan gaya secara analitis bisa dicari dengan rumus sebagai
berikut
Gaya F₁ diuraikan menjadi gaya yang
sejajar dengan sumbu X ,yang dinamakan gaya F1x, dan yang sejajar sumbu Y
dinamakan gaya F1y. Besarnya masing masing gaya adalah sebagai
berikut:F1y = F1 sin a1dan
F1x = F1
cos a1
UNTUK MATERI LEBIH LENGKAP silahkan unduh disini
Lanjutkan
BalasHapus